Alih-alih keputihan hilang, yang ada malahan kemerahan dan kesakitan.
Lho, bagaimana bisa?
Jadi siang itu masuklah seorang ibu berusia 30 an ke ruang praktek. Wajahnya menyiratkan rasa nyeri. Lantas mengalirlah cerita dari mulutnya. Ini bermula dari sebuah penawaran tentang sebuah benda yang bisa menghilangkan keputihan. Bahkan tak hanya itu, benda tersebut dinyatakan bisa mengencangkan serta merapatkan mrs.V (bukan miss V ya, karena ibu ini sudah mempunyai beberapa orang anak). Dan yang menurut saya unik adalah cara pemakaiannya. Begini, benda tersebut dipegang dan dimasukkan ke dalam mrs.V dan diputar-putar sebanyak 7 kali putaran. Setiap malam. Maka keesokan harinya yang terjadi adalah – menurut si pasien saya ini – dari dalam mrs. V keluarlah kotoran-kotoran yang berwarna putih, bentuknya tidak jelas, seperti sepihan-serpihan kecil begitu. Demi melihat seperti itu, makin yakinlah si ibu bahwa penggunaan alat tersebut berfungsi membersihkan vagina. Ditambah lagi, cairan yang biasanya membasahi organ kewanitaannya tersebut mendadak lenyap. Terasa kesat dong, begitulah logikanya. Begitu berlangsung berbulan-bulan lamanya. Dan alat menyerupai batu kristal lonjong berwana hijau tosca keabuan tersebut makin lama makin tipis.
Apakah batu kristal hanya untuk yang sudah menikah? Ternyata tidak. Untuk gadis penggunaannya adalah dengan merendam batu tersebut beberapa menit dan kemudian air rendaman digunakan untuk membasuh kemaluan. Efeknya konon sama, yaitu keluar kotoran dari miss V.
“Kalau sudah tipis nanti bisa beli lagi ke saya ya,bu”, pesan si penjual meyakinkan. Bagaimana tidak yakin lha wong penjualnya adalah petugas kesehatan yang kesehariannya berdinas di puskesmas setempat. Maka berbekal keyakinan itulah dibelinya lagi kristal kedua meski dengan harga yang tidak bisa dibilang murah. Beberapa lama makin tipislah kristal itu sebagaimana yang pertama. Sampai di suatu malam, kristal tipis tersebut patah saat digunakan. Mungkin karena saking tipisnya. Dicobanya mengambil patahan tersebut ke dalam vagina namun tidak berhasil. Dan keesokan harinya dirasakannya bagian dalam organ intimya tersebut sangat nyeri, bahkan berdarah! Makin nyeri tatkala buang air kecil terkena aliran urine. Sugguh menyiksa!
Sehingga sampailah beliau di hadapan saya. Menempuh berkilometer jarak dari luar kota Jakarta. Alhamdulillah ada jalan bebas hambatan yang memperpendek jam tempuh. Dan saat pertama kali memeriksa, sungguh saya dibikin terkejut demi mendapati dinding vagina yang iritasi berat, rapuh dan berdarah di beberapa tempat. Bukan itu saja, nyerinya pun hebat sehingga ia menjerit tatkala disentuh. Akhirnya pasien diputuskan dirawat, dikompres, diberi obat dan bertahap sisa-sisa serpihan diambil satu persatu. Alhamdulillah pada hari ketiga, si ibu sudah dapat meninggalkan rumah sakit.
Sisa patahan kristal itu, saya simpan sampai sekarang. Tak lupa saya mewanti-wanti agar jangan sekali-kali menggunakannya lagi. Dan orang-orang terdekatnya yang ia ketahui memakai barang yang sama supaya dicegah melanjutkan pemakaian.
Memang kasus di atas adalah yang terberat yang pernah saya jumpai. Sebelumnya kasusnya hanya infeksi sedang sampai ringan yang bisa diatasi dengan rawat jalan saja.
Hal yang mirip namun berbeda di bahan yang dipakai, kembali saya temui di ruang praktek. Bahkan dalam sehari ada dua kasus, yang satu sudah menikah dan yang kedua masih gadis. Kali ini bahan yang dimasukkan adalah butiran-butiran Manjakani (Quercus infectoria). Tanaman ini memang dipercaya dapat mengurangi keputihan dan mengesatkan vagina. Padahal dalam Wikipedia tidak disebutkan sama sekali fungsi tersebut. Yang ada adalah fungsi anti infeksi, anti jamur dan anti peradangan. Reaksinya sama yaitu iritasi berat dalam vagina. Si gadis pun – yang hanya menelan butiran-butiran sebesar merica tersebut – mengalami hal yang sama ditambah dengan nyeri pelvik.
Kasus-kasus seperti ini tampaknya akan selalu berulang, dengan penggunaan aneka bahan. Ada yang berbentuk batang kayu, disebut sebagai “tongkat” dan ada juga yang berupa pengasapan.
Untuk mencegahnya, perlu pengertian yang benar bagaimana sebetulnya organ intim kita itu bekerja. Sesuai dengan janji Allah yaitu menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Al Qur’an surat At Tin ayat 4) , maka kaidah tersebut berlaku juga dalam penciptaan organ reproduksi atau yang kita kenal dengan organ intim. Allah menciptakan keseimbangan asam basa dalam saluran vagina guna mempertahankannya tetap higienis. Kondisi higienis tercapai bila pH vagina tetap rendah atau bersifat asam sehingga bakteri dan parasit pathogen yang menyebabkan infeksi tidak bisa berkembang biak. Bagaimana caranya? Tidak perlu memasukkan apa pun ke dalam vagina karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memerintahkan mikroba di dalam vagina sebagai “pasukan pembersih”. Mereka adalah bakteri Doderlein sp. yang menghasilkan asam laktat sehingga pH vagina menjadi rendah. Tugas kita hanyalah menjaga kesehatan sehingga daya tahan tubuh tinggi serta menjaga kebersihan lingkungan vagina. Jangan mengganggu “tugas” bakteri Doderlein tersebut dengan memasukkan benda asing ke dalam vagina!
Pada kondisi tertentu, terkadang kita perlu penjagaan ekstra. Misalnya di saat haid, dimana adanya darah yang terus menerus akan meningkatkan pH dan memudahkan tumbuhnya jamur serta bakteri jahat. Di saat rawan tersebut diperlukan nutrisi yang berkualitas, menjaga kebersihan dengan mengganti pembalut secara teratur serta bila perlu membasuh kemaluan dengan cairan yang mengandung asam laktat. Saat rawan yang lain adalah saat kita sedang sakit, stress fisik dan/atau psikis, malnutrisi, atau anemia. Dalam kondisi demikian, konsumsilah suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh.
Jadi seharusnya bagaimana kondisi vagina yang sehat itu?
Ingat Allah memang menciptakan banyak kelenjar di sepanjang saluran kelamin. Kelenjar-kelenjar tersebut fungsinya memroduksi cairan sebagai pelumas. Sehingga keadaan di dalam vagina memang selalu basah. Kebasahan inilah yang muncul dalam berbagai gradasi. Terkadang basah minimal, terkadang basah maksimal, berfluktuasi sesuai kadar hormon siklus haid. Cairan masih dianggap normal apabila tidak sampai berlebihan, warnanya jernih atau agak putih, tidak berbau, tidak menimbulkan gatal, pedih, atau rasa panas di alat kelamin . Yang perlu kita lakukan di saat cairan normal adalah membersihkan alat kelamin dengan air bersih, atau boleh juga dengan cairan pembersih mengadung asal laktat. Bila tidak terpaksa tidak usah menggunakan panty liner. Pastikan celana dalam terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Namun apabila merasa bahwa cairan keputihan ini adalah cairan yang abnormal, jangan ragu-ragu untuk pergi ke dokter. [nin]