Tag Archive | halal

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN – periode emas yang tentukan masa depan

Galau dengan kondisi negeri ini? Ternyata kita bisa berperan serta memperbaiki kualitas anak bangsa.  Generasi idaman.  Generasi yang bukan saja pintar, namun lebih penting lagi adalah berakhlak mulia.   Takut kepada Allah sehingga ia akan taat kepada aturan agama dan selalu ingin berbuat baik kepada umat manusia dengan cara yang halal.

first-1000-days from www.farmacist.info

LOGO 1000 hari

 

Cita-cita besar, harus dipersiapkan dengan benar. Begitulah kaidahnya.  Bukan pekerjaan main-main.  Untuk itu proses persiapannya mencapai 1000 hari.  Terdiri dari 270 hari masa di dalam kandungan ditambah dengan usia 2 tahun pertama.  Mengapa kok sampai /  atau kok cuma 1000 hari?  Karena dalam 1000- hari tersebut adalah

1. Masa tercepat dalam perkembangan struktur otak manusia, meliputi proliferasi neuron, myelinisasi, diferensiasi (kompleksitas), dan konektivitas (sinaptogenesis).

2.Masa peletakan dasar status kesehatan dan tumbuh kembang (fisik dan psikis)

  1. Tumbuh kembang otak di masa janin akan mempengaruhi kemampuan dasar seperti penglihatan dan pendengaran, dan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi di saat lahir.  Misalnya daya adaptasi, mempertahankan diri, atensi dll
  1. Masa dimana kebutuhan nutrisi terpenting harus terpenuhi
  1. Masa dimana otak sangat sensitif terhadap kekurangan nutrisi

(sumber : http://www.unicef-irc.org)

Jadi dasarnya adalah nutrisi…nutrisi…dan nutrisi.  Terutama di trimester 1 dimana si ibu biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, pusing, dan macam-macam rasa tidak enak yang lain.  Padahal di masa itu pula terjadilah pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada buah kehamilan.  Bayangkan saja, mudigah yang hanya seukuran sebutir beras (7 minggu)  ternyata jantungnya sudah berdenyut sebanyak 160 kali permenit.  Dan di usia itu pula otak dan susunan saraf mulai dibentuk, jantung dan sistim peredaran darah mulai berfungsi, demikian pula sistim pencernaan, sistim ekskresi (pembuangan), dan sistim panca indra.

39-3c3afc738dfec7e0a4cb7b7c997fd36a from sarihusada

1000 HARI

sumber : sarihusada.jpg

Hikmahnya, rasa mual membuat calon ibu tidak makan sembarang makanan. Ada keinginan kuat terhadap makanan tertentu yang biasanya tidak doyan sebenarnya adalah alarm kebutuhan tubuh terhadap nutrisi tertentu.  Karena itu sikapilah dengan bijak segala rasa di trimester 1.  Boleh tidak suka nasi, namun gantilah dengan berbagai macam karohidrat yang lain.  Boleh saja tidak suka susu, namun gantilah dengan produk susu atau sumber protein dan kalsium yang lain.  Jangan “Maunya cuma mie ayam”…atau “cuma makan buah mangga setiap hari”.

Camkan prinsip-prinsip di bawah ini :

  1. Janin makan apa yang dimakan ibu  (penjelasan : ibu makan makanan sampah, maka janin pun makan makanan sampah)
  2. Nutrisi janin 100% bergantung dari ibu
    (penjelasan : janin tidak punya alternatif lain.  kalau cadangan di tubuh ibu mencukupi maka diambil oleh janin. namun bila cadangan di tubuh ibu kurang maka janin juga akan kekurangan. kekurangan salah satu jenis nutrisi bisa berdampak serius mengingat trimester 1 adalah masa pembentukan)
  3. Ibu membutuhkan makanan yang sehat dan halal,  mengandung asam folat, zat besi, kalsium dan kaya nutrisi yang lain
    (penjelasan : pastikan bahwa apa yang kita makan adalah bergizi dan terpenting adalah halal.  jangan sekali-kali memasukkan zat haram ke tubuh kita yang akhirnya juga akan masuk ke tubuh janin.  halal tidak hanya pada zat makanannya namun juga cara bagaimana makanan tersebut diperoleh)
  4. Diit ibu selama hamil akan mempengaruhi selera makan bayi (penjelasan : ibu suka manis, maka anak juga cenderung suka manis dan seterusnya.  ibu suka pilih-pilih makan atau malas makan bergizi dan lebih suka jajanan, maka jangan heran kalau anak juga mewarisi sifat yang sama)
  5. Kesehatan seorang anak sampai dengan masa dewasanya dipengaruhi oleh kualitas dan kehalalan nutrisi ibu (penjelasan : kualitas dan kehalalan nutrisi ibu tidak hanya mempengaruhi kesehatan anak di masa kanan-kanak saja, namun bisa mempengaruhi sampai ke masa dewasa.  apakah dia akan mengidap hipertensi atau diabetes atau bahkan bersifat antisosial dan psikopat…ternyata semua dipengaruhi sejak masa dalam kandungan)

Dan ingat surat An Nisaa ayat 9

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Wallahu a’lam [nin]

Kantung Plastik Halal. Seperti Apa?

Bahwa makanan atau minuman yang masuk ke mulut kita- kemudian dicerna dan selanjutnya sari pati atau zat gizinya diserap oleh tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah – harus halal sesuai dengan ketentuan Allah SWT, pastinya kita semua sudah tahu. Bahwa apa saja jenis makanan yang halal atau yang haram, itu pun kita semua juga sudah tahu. Namun dengan berkembangnya teknologi pengolahan pangan, kondisi sekarang tidak lagi sesederhana jaman puluhan tahun yang lalu. Sekarang, bisa saja makanan yang “halal” namun dalam pembuatannya mendapatkan tambahan zat yang belum jelas kehalalannya, maka otomatis makanan jadi tersebut juga ikut-ikutan tidak jelas kehalalannya. Misalnya, es krim atau permen empuk. Halal, kan mestinya? Tapi kalau gelatin yang berfungsi sebagai pengemulsi dan penstabil itu berasal dari hewan haram, maka otomatis makanan seremeh permen empuk pun menjadi haram. Repot? Sebetulnya tidak juga karena kita bisa berpatokan pada adanya jaminan kehalalan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Di Indonesia lembaga penjamin kehalalan tersebut adalah MUI. Melalui LPPOM MUI, diterbitkanlah sertifikat halal MUI, yang ditandai dengan logo khusus.

Namun ternyata…persoalannya tak sekedar bahan makanan saja. Tapi juga bahan pembungkus makanan tersebut, dalam hal ini, bahan yang dipakai secara luas adalah :
Kantung Plastik. Kantung plastik punya potensi tidak halal melalui 2 jalur.
1. Salah satu bahan bakunya ada yang berpotensi tidak halal, yaitu asam stearat (bisa vegetable base atau animal base)
2. Mesin produksi plastik, bagian rodanya diolesi lemak untuk menghindari macet. Lemak ini bisa berasal dari hewan (sapi atau babi) atau tumbuhan (vegetable base)

Tisu , titik kritisnya ada di bahan pewarna, pelarut, dan pewanginya. Merk tisu yang sudah halal diantaranya : Paseo, dan Toply (kalau ada yang terlewat mohon ditambahkan)

Untuk plastik, menurut bp. Fajar Budiono dari PT Polytama Propindo (www.detikfood), hampir seluruh plastik produksi dalam negeri sudah dinyatakan halal. Kecuali plastik impor, tentunya. Karena dari 2,5 juta tom kebutuhan plastik dalam negeri, 30%nya masih impor.

kantung plastik halal

Bagaimana tips mengenali plastik halal?
1. Cari dan amati label halal pada pembungkusnya. Jadi bukan pada masing-masing lembar kantung tersebut, namun pada pembungkus plastik kalau kita beli dalam bentuk paket 50 lembaran (lihat gambar)
2. Setelah lembaran kantong plastik dikeluarkan, gulunglah kantung plastik tersebut dan kemudian hirup baunya. Bila tercium bau minyak goreng maka palstik tersebut menggunakan bahan vegetable base, sedangkan bila tercium bau gurih, maka yang digunakan adalah bahan dari animal base. *catatan: berlatihlah terlebih dahulu untuk bisa menerapkan tips ini  * [nin]

Tidak Ada Sertifikat Halal? Belum Tentu Halal Makan di Resto Ini…

logo Halal MUI

Berikut ini adalah pernyataan dari seorang anggota Komisi Fatwa MUI, ust. Irfan Helmi.

Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan terkait produk pangan yang beredar di masyarakat, saya sampaikan hal-hal sebagai berikut :

1.Bahwa produk JCo Donuts and Cofee, roti Bread Talk, Roti Boy, Papa Ronz Pizza, Izzi Pizza, es krim Baskin ‘n Robbins. Dapur Coklat, Starbuck Coffee, Richeese Keju, Coffee Bean, juga  Hanamasa, Rice Bowl, Dead Bean, , semuanya BELUM BERSERTIFIKAT HALAL, sehingga MUI tidak menjamin kehalalannya. Namun tidak otomatis semua produk tersebut pasti haram.

2. Bahwa tidak benar jika dikatakan “MUI mengeluarkan pengumuman bahwa restoran berikut haram” dan bahwa “ini semua mengandung gelatin dari daging dan lemak babi”, karena untuk memastikannya harus melalui proses audit.

3. MUI tidak pernah mengeluarkan “Sertifikat Haram”, karena istilah tersebut tidak dikenal di lingkungan MUI.

4. Hendaknya hati-hati dalam menyebarkan info yang dapat meresahkan masyarakat. Lakukanlah klarifikasi (tabayyun) terlebih dahulu. Ingat surat Al Hujuraat ayat 6

5. Untuk mengetahui produk apa saja yang sudah halal, bisa dilihat di buku Direktori Halal tahun 2013-2014

Ditulis di Bogor 31 Agustus 2013
Saya mengutipnya dari majalah Oase

Tambahan dari saya, sebenarnya masih banyak lagi daftar produk makanan dan resto yang belum terjamin kehalalannya. Bahkan, untuk resto, jumlahnya masih lebih banyak daripada yang sudah tersertifikasi halal. Karena itu, diperlukan sikap kritis dan kehati-hatian dari kita sendiri. Selain sikap bisa menahan diri, yaitu tidak makan sembarangan juga diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan makanan yang berpotensi haram.
Di samping menghimbau MUI agar bersikap aktif dalam melakukan sertifikasi halal serta memberikan pencerahan ke masyarakat, kita sendiri juga bisa mendorong agar sebuah resto/tempat makan/minum melakukan sertifikasi halal untuk produknya. Bisa dengan memberikan masukan di laman/medsos mereka, bisa juga melakukan gerakan untuk ‘memboikot’ kunjungan ke resto tertentu. Selama ini pihak pengusaha tidak tergerak untuk melakukan sertifikasi karena mereka berpikir, ada atau tidak sertifikat halal, toh pengnjung tetap berbondong-bondong antri untuk makan/beli produk. Dan saya yakin bahwa para pengunjung tersebut sebagian besarnya adalah muslim.
Kalau pengusaha mendapatkan keuntungan dari konsumen muslim, maka sudah sewajarnyalah kalau mereka memrioritaskan kehalalan produknya. Sebagai konsumen, kita BERHAK untuk mendapatkan konsumsi halal, minimal di negeri kita sendiri!

Justru Ayam yang Tidak Halal

moslem meal di SQ

Di kartu menu, untuk light meal tertulis Seared Chicken in Basil Beloute with Seasonal Vegetables and Roasted Potatoes untuk pilihan pertama. Sedangkan pilihan keduanya adalah Gulai Kambing (bahasa kulinernya seperti ini : Indonesian Lamb Curry with Stirfried Vegetables and Steamed Rice).  Karena di rute sebelumnya (Jakarta Singapura) saya sudah makan daging, maka saya sudah berniat untuk makan ayam saja.

Jam 2 dinihari pembagian makanan dimulai.  Setengah mengantuk saya menyebutkan menu pilihan saya itu, dan setengah mengantuk pula saya sekilas mendengar pramugara yang berkulit agak gelap itu menyebut-nyebut non halal untuk pilihan chicken.  Namun karena sudah tersetting dalam pikiran saya yang masih setengah sadar itu untuk memilih chicken, maka saya tetap meminta diberikan ayam.  Sang pramugara memberikan menu yang saya minta, namun ia mengatakan

“Ini tidak halal.  Bukannya anda muslim?”

Setelah suami saya mengingatkan saya sekali lagi, barulah saya mulai “bangun”.

“Kenapa sih tadi dia ngotot bilang ayam ini gak halal? Ini kan cuma ayam campur sayur dan kentang?” saya setengah protes.

“Gak tahu, ya.  Tanya saja sendiri”, suami menjawab sambil mulai menyendok nasi gulainya.  Biasanya, kalau di pesawat, saya dan suami sudah janjian untuk memilih menu yang berbeda.  Tujuannya supaya bisa saling menyicipi 🙂

Penasaran, saat si pramugara etnis India itu lewat, saya cegatlah dia untuk minta penjelasan.

Yes, madame, this is a western chicken.  So the chicken in non halal. Sedangkan yang kambing, ia disembelih di Singapura, yang saya tahu pasti, halal”, ungkapnya menjelaskan. Khas pramugari/a di Singapore Airlines, saat bercakap-cakap dengan penumpang mereka selalu berlutut di sebelah kita.

“Oooh, kalau begitu ini informasi yang sangat berharga, sehingga saya patut berterimakasih kepada anda”, saya menjawab jujur.

Dan saya melirik penumpang di sebelah saya yang mengganti menu chickennya dengan kambing.

Dan ternyata request “moslem meal” saat check in tidak berlaku di semua rute.  (nin)

(SQ, Singapura – Dubai, 26 Maret 2013)

Foto : menu di SQ pada rute Jakarta Singapura.  Ada kode MOML, Moslem Meal, sesuai request saat check in.  Sayangnya request tersebut tidak berlaku di penerbangan lanjutannya.

[Halal is My Life] Makan Makanan “Halal”, Tetap Harus Waspada

Tulisan ini,bersama tulisan yang lain, bisa dibaca juga di majalah AULIA edisi Februari 2013. Terkadang kita merasa tenang saja karena makan di resto yang sudah jelas halal. “Lho, kok tahu dengan jelas kehalalannya?” “Ya, kan cuma sea food. Gak jual masakan B2 dan gak pakai minyak B2 juga” “Betulkah seperti itu? Pengalaman dari komunitas Halal Baik Enak saat melaksanakan wisata kuliner halal menemukan bahwa hanya kurang dari 10% resto yang ada di mal-mal ternama, yang mempunyai sertifikat halal. Dari 40an resto, hanya 1 atau paling banyak 2, yang sudah bersertifikat halal.  Itu pun didominasi oleh resto fastfood berwaralaba”. “Jadi sisanya jualan makanan haram, dong?” “Makanan yang disajikan memang halal.  Tapi yang bikin tidak halal bisa dari bumbu, penyedap, pencelup, dll.  Jadi yang asalnya halal bisa berubah menjadi haram gara-gara bahan-bahan tambahan tersebut”. Kiat-kiat inilah yang Insya Allah saya (dan keluarga) lakukan saat makan di luar: 1.  Untuk makanan di resto, kami sekeluarga selalu memilih yang sudah bersertifikat halal, yang ditandai dengan adanya logo Halal MUI (lihat gambar)  Kalau ragu, tentu ditanyakan saja secara langsung.  Kalau tidak punya sertifikat halal dan jenis makanannya berisiko tidak halal, misalnya rawan penggunaan angciu atau rhum, maka saya tanyakan langsung ke dapurnya. Jangan menanyakan ke pramusaji, karena mereka biasanya tidak tahu menahu tentang proses pengolahan masakan. Melongok ke dapur, saya tanyakan bahan-bahan tambahan yang dipakainya serta saya minta ditunjukkan botol kemasannya. Misalnya: “Pak, pakai angciu tidak? Terkadang mereka jawab langsung “ya atau tidak”. Tapi bisa juga berkilah, “Kalau ibu gak mau angciu juga bisa kok”. Nah, yang jawab belakangan ini biasanya memang pakai angciu. Hati-hati! Kalau jawabannya “tidak pakai angciu”, jangan selesai dulu karena angciu bisa tampil dengan berbagai macam nama, misalnya ‘cuka beras’, ‘arak beras’, ‘saos raja rasa’.   Alhamdulillah, karena mata sudah terlatih mengamati merk, maka kita bisa menyimpulkan ada tidaknya sertifikat halal dari penambah rasa tersebut. Kalau meragukan, tinggalkan saja. Bagaimana kalau terpaksa? Pilih makanan yang aman dari penambahan bahan halal, misalnya soto, rawon, dsb.  Jangan pilih masakan sea food, atau tumis2an (misalnya: cah kangkung), karena biasanya ditambah angciu. Alhamdulillah, selama ini masih dilindungi Allah karena kami sekeluarga termasuk yang konservatif, jarang makan di luar, atau kalau pun makan, hanya di resto tertentu yang sudah dikenal dengan baik. Pernah ding, satu kali terjebak makan di resto yang sekarang sedang ramai dibicarakan karena sangat ramai padahal belum bersertifikat halal, yaitu Sol**ia.  Ternyata sepulang dari resto itu, ada anggota keluarga yang terkena diare. Semenjak itu kapok makan di sana lagi.  Pertama dan terakhir! 2.  Makan di rumah makan kecil atau warung tenda atau makanan keliling. Di sini kita lebih mudah lagi dalam memeriksa bahan2 tambahannya.  Cara bertanyanya sama dengan di resto, dan malah kita bisa lihat satu persatu botolnya.  Ada satu rumah makan yang justru malah berkonsultasi tentang kehalalan berbagai macam bumbu tambahan.  Saya mengajari bagaimana mencari logo halal MUI di sebuah produk yang merupakan jaminan kehalalan produk tersebut.  Kalau ternyata bahan2nya Insya Allah sudah halal, saya himbau agar mereka mendaftarkan produknya agar bersertifikat halal MUI 3.  Ada selebaran tentang makanan yang berisiko tidak halal gara-gara ada tambahan bahan haram.  Selebaran tersebut saya gandakan.  Ditaruh di tempat umum, di kantin RS untuk diambil oleh pengunjung kantin,dan dibagikan kepada para penjual makanan keliling.  Reaksi mereka adalah : “Kok saya baru tahu sekarang, sih!” “Kenapa tidak disosialisasikan sejak dulu.  Bagaimana dong selama ini yang saya makan?”.  Jadi kesimpulannya,  sebagian dari masyarakat itu BELUM TAHU.  Tugas kitalah untuk menyebarkan pengetahuan ini.  Namun ada juga segolongan masyarakat yang tahu risiko2 keharaman suatu makanan gara2 bahan tambahan, namun mereka TIDAK BERANI untuk menanyakan ke pemilik/petugas resto. Itu baru resto.  Masih ada lagi kerawanan pada produk-produk roti, donat, dan cake dari bakery ternama.  Belum lagi makanan hotel, terutama hotel berbintang. Dan juga makanan dari catering, saat kita menghadiri undangan pernikahan.  Jadi….hati-hati! Jadilah auditor untuk diri kita sendiri, keluarga, dan kerabat terdekat terlebih dahulu.