Ada Babi di Hotel Mulia!

Ahad 22 Mei  2011 yang lalu saya mengikuti sebuah workshopyang diselenggarakan di Hotel Mulia, sebuah hotel bintang 5 di kawasan Senayan.  Tiba saat makan siang, para peserta dipersilakan bersantap di Resto De Cafe yang terletak di lantai lobi.  Suasana resto penuh oleh pengunjung.  Oleh petugas, rombongan peserta workshop diarahkan ke area belakang.  Saya mengambil makanan di meja yang terdekat.Ada beberapa pilihan hidangan dan di meja dekat piring hidangan tersebut diberikan etiket bertuliskan nama hidangan tersebut. Saat saya sudah menyelesaikan makan siang dan akan beranjak keluar, seorang sejawat memberitahukan bahwa di meja tempat saya mengambil makanan tadi terdapat hidangan babi (pork). Tentu saja saya kaget dan penasaran..kok sampai saya tadi terlewat tidak membaca etiket menunya. Saya datangi lagi meja tersebut, dan memang betul terdapat  menu “Pork….” (saya lupa nama masakan yang lengkap).  Rupanya, saat saya tadi antri mengambil makanan, kebetulan piring tersebut sedang kosong.  Alhamdulillah! Tapi saya tetap mengajukan keberatan kepada petugas resto.  Petugas pun tanggap.  Belum sempat saya bicara, baru tangan menunjuk piring hidangan, ia pun sudah memperingatkan “Bu, itu mengandung babi!” Namun saat saya komplain karena hidangan babi dijejerkan dengan “beef”, “chicken”, dan “fish” tanpa ada peringatan yang jelas, ia hanya dapat menyarankan saya untuk menulis surat ke manajemen.  “Sebenarnya sudah banyak juga yang mengeluhkan hal ini”, kata petugas laki-laki tersebut.

Menu babi tersebut sangat rawan untuk termakan oleh kaum muslim secara tak sengaja, karena :
1.   Letak pinggan berjejer dengan menu lain non babi tanpa ada
peringatan         maupun tanda yang jelas dan menyolok.
2.  Ada etiket menu yang menyebutkan kata Pork, namun etiket tersebut
berbahasa Inggris, dan pork merupakan bagian dari kalimat menu
makanan secara keseluruhan.  Bukan peringatan.
3. Etiket tersebut di press dalam bahan semacam kaca, letaknya di
bawah pinggan. Menyulitkan pembacaan, apalagi kalau dalam antrian.
4. Kalau pun sudah dipisahkan, apakah dapur dan alat masak dijamin
tidak saling bercampur antara babi dan non babi?

Karena itu, mohon pihak Hotel Mulia, sebagai hotel yang berada di Indonesia dan para pegawainya serta tamunya pun saya yakin mayoritas muslim, segera menghilangkan menu berbahan babi tersebut.

(demikianlah bunyi surat pembaca yang saya kirimkan dan sudah dimuat di harian Republika, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan.  Karena itu mohon rekan2 MP yang kebetulan berkunjung/menginap di hotel tersebut, radar antenanya mesti lebih sensitif!  Ini pelajaran juga buat saya, supaya lebih dan lebih hati-hati lagi dalam mengeja menu makanan yang memang masih asing di telinga dan mata kita )

Komentar  semasa di MP:

1. makan di hotel memang rawan sekali ya? kalau tidak jeli, bisa terlewat tulisan nama makanannya. Selain babi, kadang ada juga yang dimasak dengan wine..(andiah zahroh)

2.iya,bener dok.Saya juga pernah mengalami kejadian spt itu di Hotel Mercure.Tp petugasnya kok mengelak ya waktu kami bilang itu babi .(putrithifan)

3.biasanya ada di meja terpisah ya… hmmm smg ada tanggapan dan perbaikan dari pihak hotel ya dok (evanda2)

4.hmmmm………tidak heran, karena pengunjung hotel tidak dikhususkan untuk muslim saja, namun sangat disayangkan, pemberitahuan bahwa makanan tersebut tdk untuk konsumsi muslim, seolah2 dengan sengaja disamarkan…..
sebagai seorang muslim , kewaspadaan kita memang dituntut ..
dulu saya kalau ke bandung selalu menginap di preanger dan sarapan pagi saya adalah scramble egg…….namun karena hidangan hotel, saya tdk berani makan sebab saya lihat si chef memasak scramble egg yg dicampur dengan ham di penggorengan yang sama……………
dan yang sangat disayangkan, banyak sekali pengunjung hotel yang muslim, dan mengetahui hal ini namun tampaknya tdk perduli dan tetap memesan makanan serupa hanya tanpa ham……ach…….tdk tau atau pura2 tdk tau ya?? (mb. Jasmine)

5.innalillahi, scramble eggnya di _preanger_ barengan sama ham masaknya??
baru tau.. wah ngeri nih ya. padahal biasanya selalu teliti baca nama menu.. 😦 (uumufaishol)

6.Betul, mbak…..kebetulan suami saya dan beberapa ipar pernah bekerja di resto hotel ternama…..hotel dengan standar internasional itu ya kalo bikin stock atau kaldu ya pakai babi, karena sudah standarnya begitu, makanya saya enggan dijamu di hotel-hotel berbintang karena hampir bisa diyakini tidak ada pemisahan antara masakan halal dan tidak halal.

Protes??? mana bisa, alasannya sudah ketetapan internasional, yang buat saya sih gak masuk akal, resto dan hotel bertaraf internasional di arab bisa kok dipaksa menyediakan makanan halal. Entahlah, padahal kita juga negara dengan mayoritas muslim.

Jadi….hati-hati bersantap di hotel berbintang-bintang apalagi yang katanya berstandar internasional, karena daging tidak halal kadang “terselip” di menu tanpa pemberitahuan (ibutio)

7. numpang ya bu Prita….
Pengalaman saya di berbagai hotel, jarang sekali saya dapatkan yang halal. ada yang ada pork nya, ada yang menggunakan wine, ada yang menggunakan angciu, ada yang menggunakan mirin.
Saya sering sekali membuang kupon breakfast saya kalau nginap di hotel.
Sudah kebiasaan, ketika saya makan dimanapun, ketika tidak ada sertifikat halal, maka saya melakukan interview, kalau ngotot halal saya akan melakukan selfaudit. di HBE saya sering share pengalaman saya.
Jadi, kita harus waspada, sekeliling kita banyak makanan tidak halal. (rhalawa)

11 thoughts on “Ada Babi di Hotel Mulia!

    • terimakasih kembali. Kewaspadaan tidak hanya di hotel Mulia, lho mbak Iah. Di hotel lain juga mesti pasang radar. Utamanya di hotel berbintang. Kecuali kalau hotel tersebut restonya sudah bersertifikat halal MUI. Baru deh, tenang makannya.

    • sudah pasti bahwa karyawan hotel tsb mayoritas muslim. Mereka terbagi 2 juga, yang resah dan yang cuek. Meskipun negeri ini merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia, tapi toleransinya kebablasan. Mengorbankan orang Islam demi toleransi!

  1. itu hotel standar internasional mbak.. manajemen hotel ga berdaya kalu bos bilang harus ada menu babi karena tamu mereka kebanyakan mintanya babi.. kebanyak yang inep disana toh bule?
    emang harus dipisah.. mana menu babi mana menu halal.. idealnya emang harus punya dua dapur nih.. juga dua resto..

    • kembali lagi ke pemerintah, mbak Tin. Kalau regulasi dari kemenpariwisata menyatakan tidak boleh, ya mau tak mau dituruti. Hotel Aston Denpasar, mempunyai sertifikat halal MUI untuk restonya. Tidak ada minuman beralkohol apalagi pork. Pimpinannya sudah dipanggil sama Aston pusatnya, disidang. Tapi dia berhasil menunjukkan bahwa kunjungan tamu tidak berkurang bahkan meningkat. Ada sih, satu dua bule yang ngamuk2 tatkala minta alkohol tidak disediakan, akhirnya mereka pindah hotel. Dan oleh Aston Internasional si direktur tidak jadi ditegur. Ini saya dengar langsung dari staf auditor LPPOM MUI Denpasar. *tunggu mbak Tin jadi menteri pariwisata dan ekonomi kreatif gantikan MElka*

Tinggalkan Balasan ke iahsunshine28 Batalkan balasan