Menu babi tersebut sangat rawan untuk termakan oleh kaum muslim secara tak sengaja, karena :
1. Letak pinggan berjejer dengan menu lain non babi tanpa ada
peringatan maupun tanda yang jelas dan menyolok.
2. Ada etiket menu yang menyebutkan kata Pork, namun etiket tersebut
berbahasa Inggris, dan pork merupakan bagian dari kalimat menu
makanan secara keseluruhan. Bukan peringatan.
3. Etiket tersebut di press dalam bahan semacam kaca, letaknya di
bawah pinggan. Menyulitkan pembacaan, apalagi kalau dalam antrian.
4. Kalau pun sudah dipisahkan, apakah dapur dan alat masak dijamin
tidak saling bercampur antara babi dan non babi?
Karena itu, mohon pihak Hotel Mulia, sebagai hotel yang berada di Indonesia dan para pegawainya serta tamunya pun saya yakin mayoritas muslim, segera menghilangkan menu berbahan babi tersebut.
(demikianlah bunyi surat pembaca yang saya kirimkan dan sudah dimuat di harian Republika, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan. Karena itu mohon rekan2 MP yang kebetulan berkunjung/menginap di hotel tersebut, radar antenanya mesti lebih sensitif! Ini pelajaran juga buat saya, supaya lebih dan lebih hati-hati lagi dalam mengeja menu makanan yang memang masih asing di telinga dan mata kita )
Komentar semasa di MP:
1. makan di hotel memang rawan sekali ya? kalau tidak jeli, bisa terlewat tulisan nama makanannya. Selain babi, kadang ada juga yang dimasak dengan wine..(andiah zahroh)
2.iya,bener dok.Saya juga pernah mengalami kejadian spt itu di Hotel Mercure.Tp petugasnya kok mengelak ya waktu kami bilang itu babi .(putrithifan)
3.biasanya ada di meja terpisah ya… hmmm smg ada tanggapan dan perbaikan dari pihak hotel ya dok (evanda2)
4.hmmmm………tidak heran, karena pengunjung hotel tidak dikhususkan untuk muslim saja, namun sangat disayangkan, pemberitahuan bahwa makanan tersebut tdk untuk konsumsi muslim, seolah2 dengan sengaja disamarkan…..
sebagai seorang muslim , kewaspadaan kita memang dituntut ..
dulu saya kalau ke bandung selalu menginap di preanger dan sarapan pagi saya adalah scramble egg…….namun karena hidangan hotel, saya tdk berani makan sebab saya lihat si chef memasak scramble egg yg dicampur dengan ham di penggorengan yang sama……………
dan yang sangat disayangkan, banyak sekali pengunjung hotel yang muslim, dan mengetahui hal ini namun tampaknya tdk perduli dan tetap memesan makanan serupa hanya tanpa ham……ach…….tdk tau atau pura2 tdk tau ya?? (mb. Jasmine)
5.innalillahi, scramble eggnya di _preanger_ barengan sama ham masaknya??
baru tau.. wah ngeri nih ya. padahal biasanya selalu teliti baca nama menu.. 😦 (uumufaishol)
6.Betul, mbak…..kebetulan suami saya dan beberapa ipar pernah bekerja di resto hotel ternama…..hotel dengan standar internasional itu ya kalo bikin stock atau kaldu ya pakai babi, karena sudah standarnya begitu, makanya saya enggan dijamu di hotel-hotel berbintang karena hampir bisa diyakini tidak ada pemisahan antara masakan halal dan tidak halal.
Protes??? mana bisa, alasannya sudah ketetapan internasional, yang buat saya sih gak masuk akal, resto dan hotel bertaraf internasional di arab bisa kok dipaksa menyediakan makanan halal. Entahlah, padahal kita juga negara dengan mayoritas muslim.
Jadi….hati-hati bersantap di hotel berbintang-bintang apalagi yang katanya berstandar internasional, karena daging tidak halal kadang “terselip” di menu tanpa pemberitahuan (ibutio)
7. numpang ya bu Prita….
Pengalaman saya di berbagai hotel, jarang sekali saya dapatkan yang halal. ada yang ada pork nya, ada yang menggunakan wine, ada yang menggunakan angciu, ada yang menggunakan mirin.
Saya sering sekali membuang kupon breakfast saya kalau nginap di hotel.
Sudah kebiasaan, ketika saya makan dimanapun, ketika tidak ada sertifikat halal, maka saya melakukan interview, kalau ngotot halal saya akan melakukan selfaudit. di HBE saya sering share pengalaman saya.
Jadi, kita harus waspada, sekeliling kita banyak makanan tidak halal. (rhalawa)
wah, baru tahu Bu Dokter… ngeri.. makasih sharingnya..
terimakasih kembali. Kewaspadaan tidak hanya di hotel Mulia, lho mbak Iah. Di hotel lain juga mesti pasang radar. Utamanya di hotel berbintang. Kecuali kalau hotel tersebut restonya sudah bersertifikat halal MUI. Baru deh, tenang makannya.
koq negri makin tidak toleran ya dengan orang muslim. padahal boleh jadi karyawan hotel itu kebanyakan muslim juga. parah!
sudah pasti bahwa karyawan hotel tsb mayoritas muslim. Mereka terbagi 2 juga, yang resah dan yang cuek. Meskipun negeri ini merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia, tapi toleransinya kebablasan. Mengorbankan orang Islam demi toleransi!
-.- serem
Bukannya hotel2 di Turki begitu juga? ;-P
saya blm pernah ngınep dı hotel turkı dok:D
lebih aman dan halal di “hotel” sendiri ya
saya blm pernah ngınep2 dı hotel kl pergı2 bıasanya ngınep dı tempat sodara suamı atau kenalan sesama ındo:))) lebıh murah dan sekalıan sılaturahmı heeh
itu hotel standar internasional mbak.. manajemen hotel ga berdaya kalu bos bilang harus ada menu babi karena tamu mereka kebanyakan mintanya babi.. kebanyak yang inep disana toh bule?
emang harus dipisah.. mana menu babi mana menu halal.. idealnya emang harus punya dua dapur nih.. juga dua resto..
kembali lagi ke pemerintah, mbak Tin. Kalau regulasi dari kemenpariwisata menyatakan tidak boleh, ya mau tak mau dituruti. Hotel Aston Denpasar, mempunyai sertifikat halal MUI untuk restonya. Tidak ada minuman beralkohol apalagi pork. Pimpinannya sudah dipanggil sama Aston pusatnya, disidang. Tapi dia berhasil menunjukkan bahwa kunjungan tamu tidak berkurang bahkan meningkat. Ada sih, satu dua bule yang ngamuk2 tatkala minta alkohol tidak disediakan, akhirnya mereka pindah hotel. Dan oleh Aston Internasional si direktur tidak jadi ditegur. Ini saya dengar langsung dari staf auditor LPPOM MUI Denpasar. *tunggu mbak Tin jadi menteri pariwisata dan ekonomi kreatif gantikan MElka*