Puasa Bumil dan Puasa Busui, Bagaimana Baiknya?

makanansehat republika.co.id

 

Bulan Ramadhan telah berjalan 3 hari. Namun pertanyaan dari para bumil, busui, serta bumil merangkap busui masih banyak mengalir.  Dalam prakteknya, sejak awal Sya’ban saya sudah mulai memberikan penyuluhan tentang puasa ini kepada para pasien.

Sebenarnya untuk seorang bumil yang sehat, baik dirinya maupun janinnya, tak ada hambatan untuk berpuasa. Namun hal ini tentu saja tak dapat disamakan untuk semua orang. Simak dulu kriteria bumil sehat, yaitu sebagai berikut :

1. Berat badan sebelum hamil tidak termasuk kategori underweight.  Untuk itu perlu dihitung dulu dengan rumus IMT atau Indeks Massa Tubuh

yaitu :

                                  IMT = BB (kilogram)/TB (meter) kuadrat

Setelah mendapatkan hasil IMTnya, cocokkan ke dalam tabel berikut :

< 22                   + BB kurang (underweight)

22 – 25               = BB normal

25 – 29               = BB berlebih (overweight)

> 29                    = obesitas

2. Kenaikan berat badan selama hamil normal. Lebih jelasnya bisa dibaca di postingan sebelum ini.

3. Berat badan janin normal sesuai usia kandungannya

4. Kehamilan tidak disertai dengan anemia (kurang darah) yaitu kadar Hb < 10,5 g%

5. Kehamilan sudah memasuki usia aman, yakni trimester 2 ( 4 bulan ke atas)

6. Kehamilan tidak disertai dengan komplikasi penyakit tertentu, misalnya preeklamsia, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, paru, asma, ginjal, dll

Nah, untuk bumil yang memenuhi kriteria tersebut di atas, silakan berpuasa.

Namun bila dalam menjalani puasa bumil mengalami hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), maka diwajibkan berbuka.

Tanda dan gejala hipoglikemia adalah sbb :

1. Badan lemas tak bertenaga

2. Keluar keringat dingin

3. Gemetaran

4. Kliyengan atau pandangan berkunang-kunang

Jangan sampai memaksakan diri dikarenakan sayang membatalkan puasa yang sudah terlanjur sampai tengah hari, misalnya.

Demikian juga bila dalam menjalani puasa ternyata terdapat penurunan BB > 5% berat sebelumnya, maka dianjurkan untuk tidak melanjutkan puasa.

Bagaimana dengan Busui?

Tentu saja yang kita bicarakan di sini adalah busui yang sudah selesai nifasnya yaaa.

Ini syarat dan ketentuannya :

1. Bayi sudah berusia lebih dari 3 bulan.  Dengan asumsi, pada usia tersebut bayi sudah pintar menyusu, demikian pula produksi ASI sudah lancar. Ibu juga sudah bisa menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu

2. Untuk busui yang masih dalam fase ASI Eksklusif  (ASIX), harus tersedia stok ASI Perah (ASIP) yang cukup

3. BB Bayi menunjukkan kenaikan yang standar sesuai dengan umurnya. Sesuai dengan grafik BB yang ada di Kartu Menuju Sehat (KMS)

4. Ibu dalam kondisi sehat dan telah pulih 100% .  Bila setelah puasa ternyata produksi ASI jauh menurun atau bayi menjadi rewel, maka jangan pikir panjang, sudahilah puasa ibu

Bagaimana kalau si ibu punya jabatan rangkap, yaitu menyusui sambil hamil atau sebaliknya…

Khusus yang double job seperti ini, mohon pengertiannya untuk tidak puasa! Kasihan dong si janin dalam rahim. Janin ini tanpa bisa memilih harus rela dinomortigakan…teganya…teganya….egoisnya sang ibu…. 😦

Jangan juga melakukan ini, demi ingin ikut puasa, bayi disapih dan ASI diganti dengan Sufor. Duuuh……………….

Karena, kalau kita kembali kepada hakikatnya, maka sebenarnya bumil dan busui itu masuk golongan yang dapat keringanan untuk tidak puasa. Hanya saja setelah mengetahui bahwa puasa yang ditinggalkan harus diqodho, maka para bumil dan busui pada ngotot pingin puasa. Ya kan…ya kan…..?

Meskipun memang harus diakui bahwa aura bulan Ramadhan beserta ibadah puasa memang magis.  Hari-hari yang sama terus berganti, namun kenapa semuanya jadi terasa beda kala Ramadhan tiba. Untuk itulah diperlukan keikhlasan dari para bumil dan busui (untuk tidak ikut berpuasa).  Percayalah, pahala ibadah tidak hilang. Lagipula masih banyak ibadah dan amal perbuatan lain yang ganjarannya berlipat-lipat hari biasa, yang masih bisa dilakukan.

Landasan :

1. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Surat Al Baqarah 183). Yaitu dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblahbaginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.  Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka berpuasa) membaya fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin.  Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.  Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al Baqarah 184)

2. “Sesungguhnya Allah melepaskan kewajiban berpuasa serta meringkas sholat kepada musafir, dan kewajiban puasa kepada ibu hamil dan menyusui (HR Tirmidzi)

3. Ibnu Abbas berkata:” Ibu menyusui dan wanita hamil apabila takut akan kesehatan anak mereka, hendaknya berbuka lalu (membayar fidyah dengan) memberi makan (HR Abu Dawud)

 

 

8 thoughts on “Puasa Bumil dan Puasa Busui, Bagaimana Baiknya?

  1. hmm… istri mau puasa. hari sahur pertama, muntah semua selepas sikat gigi saat mau shalat shubuh… tetapi mau dilanjut

    hari kedua dan ketiga aman.

    pagi ini muntah lagi dan masih tetep lanjut puasa.

    semalam, cerita kalau setelah berbuka, keluar keringat dingin.

    bagusnya gimana, bu?

    • Hmmm…berapa usia kehamilannya? Kalau masih trimester 1, jangan puasa. Masih masa rawan pembentukan organ vital janin, jangan sampai kekurangan sedikit pun unsur gizi. Yang paling aman memang 4 bulan ke atas. Namun kalau sudah 4 bulan tetapi masih ada mual muntah, ya sebaiknya tidak puasa. Kalau Allah saja sudah memberikan keringanan, masak kita mau sok2an *maaf ya mbak Minyu* 😉
      Pahala Allah untuk bumil tidak berkurang sedikit pun meskipun tidak ikutan puasa. Banyak macam ibadah yang lain menantang untuk dilaksanakan selama bulan suci ini. Insya Allah

      • Kalau berdasarkan hasil USG di tanggal 12-06, usia kandungan 16 Minggu 6 hari. Jadi pas masuk ramadhan sekitar 19 minggu, Bu.

        Mualnya seh nggak selalu datang. Biasanya datang pas habis sikat gigi, kalau makannya kebanyakan 😀

      • Kalau dari segi usia sudah masuk usia aman. Diatur saja pola makan, jenis makanan, dan jumlah yang dimakan. Namun kalau ada keluhan muntah, keringat dingin ya seyogyanya tidak lanjut

  2. 4. Kehamilan tidak disertai dengan anemia (kurang darah) yaitu kadar Hb < 10,5 g% —- kemarin saya cek lab HB saya 10,3 dok..sudah masuk hari keempat puasa saya sih ngerasa baik2 aja..usia kehamilan skrg 34 pekan..gpp kan ya dok tetep lanjut puasa?

    • Ya, bolehlah. Sepanjang tidak ada keluhan hipoglikemia. Tapi kalau nanti pas kontrol – sudah 2 pekanan kan, kontrolnya?- dijumpai BB ibu turun, ketuban kurang, atau BB janin ngepres/kurang, sebaiknya tidak lanjut. Terkadang, saya ambil jalan tengah, puasa selang seling. Sehari puasa sehari tidak. Tapi bukan puasa setengah hari, lho ya…. :-))

Tinggalkan komentar