Jakarta Bebas Anak Jalanan pada 2011 dan Indonesia Bebas Anak Jalanan pada 2014 (Kemensos)

Hasil investigasi (Republika 2 Januari 2012) mengungkap bahwa uang yang didapatkan oleh anak jalanan dari hasil mengemis akan digunakan untuk bermain game di warnet maupun di pusat perbelanjaan, membeli rokok, membeli lem untuk dihirup, dan minuman beralkohol. 

Karena itu, kita harus berhenti memberikan uang kepada anak jalanan.  Berhenti mengasihani mereka dengan memberi uang.  Memberi mereka uang hanya akan membuat mereka semakin nyaman berada di jalanan.

Saya termasuk yang pro dengan pernyataan ini, meski yang kontra banyak juga
Sedikit kisah saya:

Angkot berhenti di perempatan saat lampu merah menyala.  Seperti dikomado, para anak jalanan langsung berlarian dari segitiga pemisah di tengah jalan menuju kendaraan-kendaraan yang mulai berhenti. Ada yang menuju pengendara motor menadahkan tangan, ada pula yang mengetuk-ngetuk kaca mobil pribadi.  Yang terbanyak tentu saja menuju mobil-mobil angkot yang memang berpintu terbuka. 
Salah satunya, melompat ke dalam angkot yang saya tumpangi.  Anak laki kecil sekitar 8 tahunan itu memegang kecrek.  Tepat berada di depan saya yang kebetulan duduk di pinggir. Setelah selesai menyanyikan sebuah lagu yang tak jelas judulnya, ia pun mulai menyodorkan wadahnya.
Saya tak biasa memberi mereka uang.  Kebetulan, malam itu saya beli burger titipan anak-anak.  Tiba-tiba terbersit ide untuk memberi anak laki-laki itu sekotak burger. Kebetulan kemasannya 1 kotak untuk setiap burger. 
Dan, reaksi si anak sungguh tak terduga.  Begitu tangannya menerima sekotak burger ia langsung melesat lari.  Saya mencoba mencarinya di tengah-tengah kerumunan anak jalanan yang lain.  Sia-sia! 
Nah, saat angkot berjalan memutar karena mau berbalik arah baru saya bisa menemukan anak tersebut.  Ia, dikerumuni beberapa anak seusianya dan seorang anak lain yang lebih besar.  Tampaknya mereka sedang menikmati burger yang cuma sepotong itu, dibawah pimpinan si badan besar.  Entahlah, masing-masing anak dapat bagian seberapa. 

Mata saya tiba-tiba memanas.  Seharusnya,  saya memberinya lebih.  Adapun anak-anak di rumah, paling-paling cuma protes, “Kok, umi belinya cuma segini?”

Ya, ternyata tanpa uang juga bisa.  #sayang belum ada penelitian, kalau tiap hari dapat makanan/barang apa tetap saja anak jalanan akan betah dan makin bertambah?#


Berikut ini data dari  kemensos :

SIAPAKAH ANAK JALANAN?

Anak yang berusia 5 – 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalan atau pun di tempat-tempat umum.

KRITERIA
1.      Anak (laki/perempuan) berusia 5 – 18 tahun.
2.      Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya, dan atau berkeliaran di jalan atau di

          tempat umum, minimal 4 jam per hari dalam kurun waktu 1 bulan, seperti pedagang asongan,
          pengamen, ojeg payung, pengelap mobil, pembawa barang belanjaan di pasar, dan lain-lain
3.      Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu ketertiban umum.

TIPE-TIPE ANAK JALANAN
1.      Masih memiliki dan tinggal dengan orang tua
2.     Masih memiliki orang tua namun tidak tinggal dengan orang tua.

3.      Sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.
4.    
Sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga 

4 thoughts on “Jakarta Bebas Anak Jalanan pada 2011 dan Indonesia Bebas Anak Jalanan pada 2014 (Kemensos)

  1. Ide yang bagus ya. Ngasih makanan ketimbang ngasih duit. Mungkin mbak Prita bisa ngadain survey kecil2an. Setiap kali ada pengamen anak2, dikasih makanan, trus dicatat reaksinya.

  2. Saya juga punya pernah melihat di Jogja, dokter..
    Tentang anak jalanan (pengemis), yang minta di lampu merah.
    Saya selalu memperhatikan, karena jalan itu sering saya lewati.
    Mereka dikomando oleh orang tuanya sendiri….
    Yang menyedihkan, orang tuanya duduk berteduh..!
    Sesaat setelah mendapat uang, bocah langsung setor ke orang tua.

    • Hasil analisanya tidak terlalu meleset…. Meskipun tidak semua, tetapi sebagian memang demikian. Bahkan disinyalir, ada rumsing yang sengaja mempertahankan agar si anjal tetap jadi anjal dengan harapan dapat memperbanyak donatur dan santunan. 😥

Tinggalkan Balasan ke prita Batalkan balasan