Archive | November 2014

Hamil Palsu [Bukan Klenik Bukan Sihir]

Ternate, awal 2000

Seorang wanita muda berbadan subur masuk ke ruang pemeriksaan diiringi oleh wanita lain yang tampak lebih tua, mungkin ibunya. Ternyata tidak hanya berbadan subur, tetapi rupanya si wanita muda itu juga hamil.

“Bu dokter, ini sudah lewat bulannya tapi belum juga lahir. Tolong diperiksa apa masih normal”, itu kata pembuka dari sang ibu. Sedangkan si calon ibu muda tampak tenang-tenang saja. Ia merupakan pasien baru, sehingga sebelum ini saya tak memiliki data apa pun.

Setelah wawancara singkat meliputi tanggal haid terakhir, bagaimana aktivitas gerakan janin dan apakah sudah merasakan kontraksi yang semua saya catat di berkas rekam medik, maka si ibu muda dipersilakan naik ke tempat pemeriksaan oleh bidan asisten saya. Periksa punya periksa….tak teraba batas puncak rahim, yang seharusnya kalau sudah cukup bulan akan sangat mudah ditemukan di bawah tulang dada. Dugaan saya, mungkin karena dinding perutnya terlalu tebal. Meraba bagian tubuh janin sulit, apalagi menemukan denyut jantung janin. Jangan- jangan sudah lewat waktu betulan dan sudah terjadi insufisiensi plasenta sehingga janin akhirnya…..

Jalan terakhir…USG. Ternyata, tak tampak apa pun. Tak ada tanda-tanda kehamilan. Seluruh pemeriksaan fisik dan penunjang selaras tidak ada yang bertentangan. Karena setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, test kehamilan pun negatif. Maka jelaslah, ini kasus hamil palsu.

Maka sekarang giliran saya yang harus menjelaskan kepada ibu dan putrinya tersebut. Makan waktu, tentunya. Belum lagi mereka harus menjelaskan kepada keluarga yang lain.

###

15 tahun kemudian, di ibukota …..

Pasien berikutnya yang masuk ke ruangan konsultasi adalah nyonya Fulan, dia pasien lama. Bahkan persalinan anaknya yang kedua sayalah yang menolongnya. Riwayatnya cukup mengundang simpati. Empat kali hamil, terdiri dari 2 kali keguguran dan 2 kali lahir normal, namun kedua bayi yang lahir normal tersebut wafat di usia di bawah 1 tahun. Sehingga saya menyambutnya dengan bahagia dan penuh rasa syukur tatkala ia mengabarkan kehamilannya yang sudah mencapai usia 7 bulan.

“Mungkin juga sudah delapan bulan dok, kalau lihat perutnya yang sebesar itu”, ujar ibu nyonya Fulan yang berusia 60an.

“Bu dokter, tapi ada orang yang nyembunyiin bayi saya. Jadi nanti mungkin tidak terlihat ya, dok. Sudah beberapa bidan dan dokter juga tidak bisa melihatnya,” ucapan bu Fulanah saat saya sedang bersiap-siap memeriksa.

“Lho, siapa yang menyembunyikan, bu? Memangnya bisa?”, saya menyahut sambil meraba perutnya dan meraba massa di atas pusatnya. “Jadi selama ini ibu sudah periksa kemana saja?” kali ini mencoba mencari denyut jantung janin yang akhirnya tidak ketemu.

“Yah, namanya orang, pastinya ada saja yang gak suka sama saya, bu dokter. Nah, tidak ada kan bu dokter”, nyonya Fulanah rupanya menangkap raut muka saya yang keheranan dengan tampilan di monitor USG. Kosong. Tak tampak janin, dan bahkan rahim tampak kecil. Rahim normal ukuran tidak hamil!

Naah….ini kasus hamil palsu lagi. Tapi kali ini si ibu menyadari bahwa ‘hanya dia yang merasa hamil’ sedangkan orang lain tidak bisa mendeteksi keberadaan janinnya.

Kembali ke tempat duduk, ibu nyonya Fulanah – yang tentu saja mendengar percakapan kami di balik tirai – kontan jadi resah. Mungkin setelah berkeliling ke beberapa dokter dan bidan yang mengatakan tidak ada kehamilan, akhirnya mereka menyandarkan pada jawaban saya hari ini. Mungkin juga karena ingat, sayalah yang menolong persalinan terakhirnya.

Sepertinya saya harus menjelaskan terlebih dahulu kepada ibunya, yang relatif masih bisa berpikir logis. Maka nyonya Fulanah saya minta pergi ke laboratorium dulu untuk beberapa test dan ibunya saya tahan di ruangan. Membutuhkan beberapa waktu lamanya sampai si ibu mau dan mampu memahami. Meskipun pertanyaan besarnya adalah, “Lalu perutnya yang membuncit itu berisi apa?” Seperti yang sudah diduga, hasil test kehamilan adalah negatif. Akhirnya nyonya Fulanah saya konsulkan ke dokter spesialis penyakit dalam untuk menagani kadar gulanya yang meningkat.

###

janin usia 8 minggu, jantungnya sudah berdenyut

janin usia 8 minggu, jantungnya sudah berdenyut

Hamil palsu bukan masalah santet atau klenik. Meskipun pernah sekali dua kita baca di surat kabar kuning, cerita seorang ibu yang kehamilannya mendadak hilang. Kasus seperti ini dikenal dalam dunia medis dengan sebutan Pseudocyesis. Dasar penyebabnya adalah masalah psikologis, yaitu keinginan yang sangat kuat untuk hamil. Bisa juga karena ketakutan kehilangan orang yang disayanginya (suami). Emosi yang kuat ini menyebabkan perubahan hormonal, yaitu terhentinya produksi hormon gonadotropin sehingga mengakibatkan berhentinya haid. Emosi jugalah yang mendasari timbulnya berbagai keluhan khas hamil, misalnya mual, sebah, payudara tegang, bahkan sampai keluar cairan kolostrum. Adapun perut yang membesar umumnya disebabkan oleh timbunan lemak atau kembung belaka. Pembuktian bahwa tidak ada kehamilan berasal dari pemeriksaan USG, atau ronsen.

Tentu saja diperlukan tata komunikasi yang baik dengan si ibu, suaminya, bahkan dengan keluarga besarnya untuk menjelaskan masalah ini. Siapa yang tidak kaget, saat harap-harap cemas menunggu lahirnya si jabang bayi yang tinggal menghitung hari mendadak ada informasi bahwa perut yang membesar selama ini hanya berisi usus dan lemak, tanpa ada janin di dalamnya. Dokter pun disarankan untuk mendokumentasikan dengan baik semua hasil pemeriksaan yang sudah dikerjakan, karena jangan sampai terjadi pemutarbalikan fakta, malah dokternya yang dituduh menipu, memberikan keterangan palsu. Na’udzubillah.

Mengingat kasus hamil palsu seperti ini umumnya menimpa seseorang yang sangat mendambakan kehamilan, maka saya menyarankan pasangan yang sedang melakukan program hamil untuk senantiasa dekat dengan Allah SWT.  Berdoa kepada Allah selaku pemilik dan pemelihara segala kehidupan. Berusaha,  dengan berkonsultasi kepada ahlinya, yang mana si ahli tersebut adalah juga manusia biasa yang ilmunya juga berasal dari Allah, dan dalam mengobati juga menyadarkan keberhasilannya kepada Allah.  Dan terakhir adalah tawakkal…menyerahkan hasil dari usaha dan doa tersebut – lagi2 – kepada Allah.

Kenapa demikian? Di saat seseorang galau dengan keinginan hadirnya seorang bayi, maka banyak pihak yang dengamn senang hati “membantu” untuk mengeruk keuntungan pribadi.  Acap kali saya temui, seorang wanita dinyatakan hamil oleh “orang pintar” atau “ajengan anu” tapi dengan syarat Pantang untuk diperiksa oleh dokter atau bidan.  Sekali saja ia mendatangi bidan, maka kehamilannya langsung lenyap. Nah!